PEMBAHASAN
Analisis
Status Seng (Zn) dengan Metode Kecap Smith
Seng adalah mikromineral yang ada pada jaringan manusia
serta terlibat dalam fungsi berbagai enzim dalam proses metabolisme. Fungsi seng terbilang sangat
vital bagi kelangsungan hidup sel-sel tubuh manusia. Salah satunya sebagai zat
perantara bagi lebih 90
macam enzim dan protein yang ada di tubuh manusia. Enzim sendiri berperan dalam metabolisme seluruh sel-sel
ditubuh manusia, maka jika enzim-enzim tidak terbentuk sempurna, fungsi sel
tubuh akan terganggu. Harper
(1996) mengatakan terdapat sekitar 24 metaloenzim seng yang termasuk karbonat
anhidrase, laktat dehidrogrnase, glutamate dehidrogenase alkali fosfatase dan
timidin kinase yang kesemuanya ini berhubungan dengan metabolisme penting dalam
sistem tubuh. Pengaruh yang paling nyata adalah dalam metabolisme, fungsi dan
pemeliharaan kulit, pankreas dan organ-organ reproduksi pria. Seng memiliki
peranan khusus dalam metabolisme kulit dan tenunan pengikat serta mampu
merangsang penyerapan tulang. Seng diperlukan untuk perkembangan fungsi
reproduksi pria dan spermatogenesis terutama perubahan fungsi reproduksi
testoteron menjadi dehidrotestote ron yang aktif (Agget dan Harries dalam
Linder 1992).
Pada percobaan analisis status zat seng (Zn), untuk menngetahui adanya
defisiensi seng pada seseorang digunakan metode Kecap Smith. Smith menemukan
tekhnik sederhana ini pada tahun 1984. Pada metode ini digunakan larutan seng
sulfat (ZnSO4) 0,1%. Individu yang dicurigai defisiensi zat gizi
seng dicoba untuk mencicipi larutan
tersebut. Menurut Smith, orang normal dapat cepat merasakan sesuatu (segera
timbul rasa yang kuat dan mengganggu sehingga responden langsung meringis,
segera merasakan sesuatu dengan pasti tetapi tidak sampai mengganggu dan rasa
tersebut semakin lama semakin kuat). Sedangkan penderita defisiensi kurang cepat
meresponnya dan responsif terhadap suplementasi seng (tidak merasakan apa-apa,
seperti merasakan air walaupun telah ditunggu selama 10 detik, dan mula-mula
tidak merasakan sesuatu dengan pasti namun dalam beberapa detik kemudian terasa
kering, kesat ataupun manis).
Pada praktikum percobaan mengenai analisis
status zat seng diperoleh 18 orang probadus dengan setiap kelompok terdiri dari
3 orang probandus. Masing-masing
probandus disemprotkan larutan seng sulfat (ZnSO4) 0,1% sebanyak 5
ml ke dalam mulut probandus. Larutan dibiaskan dalam mulut selama beberapa saat
(minimal 10 detik). Setelah 10 detik, larutan tersebut dibuang dan ditanyakan kepada probandus bagaimana yang dirasakan leh probandus. Rasa yang diperoleh
dari probandus tersebut dapat menentukan apakah individu
tersebut mengalami defisiensi
seng atau tidak. Probandus dikategorikan ke dalam
4 kategori seperti dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kategori probandus
Kategori
|
Keterangan
|
Hasil
|
Jumlah
|
1
|
Tidak
merasakan apa-apa/ seperti merasakan air biasa walaupun telah ditunggu selama
10 detik.
|
Defisiensi
seng
|
9
|
2
|
Mula-mula
tidak merasakan sesuatu dengan pasti, tetapi beberapa detik kemudian terasa
kering, kesat atau manis.
|
Defisiensi
seng
|
8
|
3
|
Segera
merasakan sesuatu dengan pasti tetapi tidak sampai menyakitkan atau
mengganggu, rasa tersebut makin lama makin kuat
|
Normal
|
1
|
4
|
Segera
timbul rasa yang kuat dan mengganggu sehingga probandus langsung meringis
|
Normal
|
-
|
TOTAL
|
18
|
Berdasarkan
data diatas diperoleh diagram dibawah ini.
Dilihat pada tabel 1, didapatkan hasil perbandingan dari
setiap probandus masing-masing kelompok yang termasuk dalam kategori 1 adalah
50% (9 orang) sedangkan probandus yang mengalami defisiensi seng dalam kategori
2 adalah 44% (8 orang). Terdapat probandus normal yang tidak mengalami
defisiensi seng dalam kategori 3 adalah 6% (3 orang). Terkait dengan kurangnya
mengkonsumsi tingakat sumber pangan yang dapat menurunkan kadar seng dalam
tubuh sehingga pathogen kemungkinan kekurangan seng
yang yang dibutuhkannya oleh individu.
Perbandingan Antar
Responden dan Hasil Analisis Status Zat Seng (Zn)
Data yang didapat dari praktikum analisis status zat seng
adalah responden defisiensi seng dan responden normal. Responden ataupun
probandus yang mengalami defisiansi seng ini dikarenakan berhubungan jenis
pangan yang dikonsumsinya. Secara tidak langsung inhibitor
mineral seng adalah fitat dan serat, yang banyak pada biji-bijian dan
sayur-sayuran berserat dibandingkan dengan
responden ataupun probandus yang berkategori normal. Defisiensi seng dapat
dipengaruhi oleh tingkat konsumsi seng akan menurun pada
orang yang mengkonsumsi vegetarian, namun Anderson dalam Linder (1992)
menyatakan vegetarian umumnya tidak memperlihatkan defisiensi seng karena
biji-bijian yang dikonsumsi mengandung lebih banyak mineral seng dan unsur
mikro lainnya
Dilihat pada tabel 1, didapatkan hasil perbandingan dari
setiap probandus masing-masing kelompok yang termasuk dalam kategori 1 adalah
50% (9 orang) sedangkan probandus yang mengalami defisiensi seng dalam kategori
2 adalah 44% (8 orang). Terdapat probandus normal yang tidak mengalami
defisiensi seng dalam kategori 3 adalah 6% (3 orang).
Rekomendasi Pangan Sumber Seng (Zn)
Seng terdapat pada berbagai
jenis bahan pangan. Tiram mengandung seng dalam jumlah terbesar per takaran
sajinya. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, daging dan unggas memenuhi
mayoritas kebutuhan zinc karena lebih sering dikonsumsi. Sumber-sumber zinc
lain yang dapat dikonsumsi adalah biji-bijian, kacang-kacangan, makanan laut,
gandum-ganduman dan produk-produk susu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar