Mata Kuliah Patofisiologi Gizi
Hari/Tanggal : Jumat, 7
September 2011
DENGUE HEMORRHAGIC FEVER
Kelompok 9 :
Dwi Nuraini I14104038
Anggrisya
Kristiani I14104041
Sofiatul
Andariah I14104045
Asisten Praktikum:
Nurayu Annisa
Penanggung Jawab Praktikum:
dr.Mira Dewi, M,Si
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah umum kesehatan masyarakat di Indonesia, sejak
tahun 1968 jumlah kasusnya cenderung meningkat dan penyebarannya bertambah
luas. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk sejalan
dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar luasnya virus dengue
dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah di Indonesia (Depkes RI 2005). Pengaruh musim di Indonesia terhadap
DBD tidak begitu jelas tetapi dalam garis besarnya dapat dikemukakan jumlah
penderita DBD meningkat antara bulan September sampai Februari dan puncaknya di
bulan Januari.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan / atau nyeri sendi yang disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan sintesis hemoragik. Pada
penyakit DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan tubuh. Sindrom renjatan dengue
adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Soegijanto 2005).
Mengenai penularan penyakit DBD dapat dijelaskan bahwa
penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk tersebut. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat menyebabkan
kematian terutama pada anak-anak serta sering menimbulkan kejadian luar biasa
atau wabah. Selain
itu juga DBD menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan sistem
pembekuan darah sehingga mengakibatkan pendarahan, dan dapat menimbulkan kematian
(Misnadiarly 2009).
Tujuan
Tujuan Umum
Mempelajari tentang Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD).
Tujuan
Khusus
1.
Mempelajari
etiologi,tanda dan gejala Demam Berdarah Dengue.
2.
Mempelajari
patofisiologi penyakit dari Demam Berdarah Dengue.
3.
Mempelajari
gangguan intake, pencernaan dan penyerapan yang diakibatkan penyakit Demam
Berdarah Dengue.
4.
Mempelajari prinsip
pencegahan dan terapi di bidang gizi pada penyakit Demam Berdarah Dengue.
PEMBAHASAN
Etiologi Tanda dan Gejala Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut
dan merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat
mengakibatkan kematian. Etiologi DBD disebabkan oleh virus serotipe 1,2,3 dan 4
yang ditularkan melalui nyamuk Aedes
aegypti. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotipe lain (Misnadiarly
2009).
Demam Berdarah Dengue (DBD) paling banyak menyerang anak
dibawah usia 15 tahun tetapi dapat pula menyerang orang dewasa, ditandai dengan
gejala awal yaitu demam mendadak serta timbulnya tanda dan gejala klinis tidak
khas dan terdapat kecenderungan terjadinya shok yang berakibat kematian. DBD
juga biasanya diawali dengan meningkatnya suhu tubuh secara mendadak disertai
dengan memerahnya kulit muka dan gejala klinik tidak khas lainya yang
menyerupai demam dengue seperti tidak ada nafsu makan, muntah, nyeri kepala,
nyeri otot dan persendian (Misnadiarly
2009).
Gejala penyakit DBD menurut Dinas Kesehatan DKI adalah:
· Mendadak panas tinggi selama 2-7 hari, tampak lemah lesu,
dan suhu badan antara 30-40oC.
· Tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit
direnggangkan bintik merah itu tidak hilang.
· Terkadang terjadi pendarahan di hidung (mimisan).
· Tes Torniquet positif
·
Adanya
perdarahan yang petekia, akimosis atau purpura
·
Kadang-kadang nyeri ulu hati, karena terjadi
perdarahan di lambung
·
Bila
sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, berkeringat
terjadi perdarahan selaput lendir mukosa, alat cerna gastrointestinal, dan tempat
suntikan atau ditempat lainnya
·
Hematemesis
atau melena
·
Trombositopenia
(± 100.000 per mm3)
·
Pembesaran plasma yang erat
hubunganya dengan kenaikan permeabilitas dinding pembuluh darah, ditandai
dengan munculnya atau lebih dari :
ü Kenaikan nilai 20% hematokrit atau lebih tergantung umur
dan jenis kelamin.
ü Menurunya nilai hematokrit dari nilai dasar 20% atau
lebih sesudah pengobatan.
·
Tanda-tanda
pembesaran plasma yaitu efusi pleura, asites,
dan hipa-proteinanemia.
Menurut Misnadiarly (2009), Demam
Berdarah Dengue (DBD) dibedakan menjadi empat derajat, masing-masing derajat
memiliki gejala. Pada derajat (1) demam yang disertai gejala klinis tidak khas
dan satu-satunya gejala pendarahan (2). Gejala yang timbul pada DBD derajat I
ditambah pendarahan spontan biasanya dalam bentuk pendarahan kulit dan atau
bentuk pendarahan lainnya. (3). Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan
lemah, menyempitnya tekanan nadi 20 mmHg atau kurang hipotensi, ditandai dengan
kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah. (4). Syok berat dengan
tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darah.
Demam Berdarah ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti yang mengandung
virus dengue. Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti : (1). Berwarna hitam dan
belang- belang (loreng) putih pada seluruh tubuh (2). Berkembangbiak di tempat
penampungan air (TPA) dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang seperti
: bak mandi, tempayan, drum, vas bunga, ban bekas, dan lain-lain. (3). Nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembang
biak di selokan /got atau kolam yang airnya langsung berhubungan dengan tanah (4).
Biasanya menggigit manusia pada pagi atau sore hari sekitar jam 5 dan mampu
terbang sampai 100 meter.
Patofisiologi Penyakit Demam Berdarah Dengue
Patofisiologi terjadinya demam berdarah dengue hingga
saat ini masih diperdebatkan, namun terdapat dua perubahan patofisiologis yang
mencolok yaitu meningkatnya permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya
plasma, hipovolemia, dan terjadinya syok. Pada DBD terdapat kejadian unik yaitu
terjadinya kebocoran plasma singkat (24 - 48 jam).
Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus
bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan
tersebut tergantung pada daya tahan manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi
terjadi (1) aktivitas sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilatoksin
yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadinya perembesan
plasma dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler, (2) agregasi trombosit
menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi
trombosit sebagai akibat mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang, dan
(3) kerusakan sel indotel pembuluh darah akan merangsang / menaktivasi faktor
pembekuan. Ketiga faktor tersebut menyebabkan (1) peningkatan permeabilitas
kapiler, (2) kelainan hemostatis. yang disebabkan oleh vaskulopati,
trombositopenia dan koagulapati.
Virus dengue memerlukan
perantara untuk bisa masuk ke tubuh manusia. Perantara / vektor virus ini adalah
nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Sosok kedua jenis Aedes ini hampir serupa, namun yang
banyak menularkan demam berdarah adalah Aedes aegypti. Badan nyamuk ini
lebih kecil dari nyamuk rumah. Karakteristik nyamuk jenis ini adalah pada badan
dan tungkai nyamuk terdapat belang hitam dan putih. Nyamuk betina menghisap
darah agar bisa memperoleh protein unutuk mematangkan telurnya, sampai dibuahi
oleh nyamuk jantan. Nyamuk mendapat virus demam berdarah dari pasien Demam
Berdarah Dengue, demam Dengue, maupun orang yang tidak tampak sakit
namun dalam aliran darahnya terdapat virus dengue (karier). Pada saat
nyamuk menggigit orang tersebut, virus dengue
akan terbawa masuk bersama darah yang dihisapnya ke dalam tubuh nyamuk itu.
Selama jangka waktu 7 hari, virus dengue sudah tersebar diseluruh bagian tubuh
nyamuk termasuk di kelenjar air liurnya. Jika nyamuk ini menggigit orang lain,
virus dengue akan turut berpindah
bersama air liur nyamuk ke dalam tubuh orang tersebut. Sifat gigitan nyamuk
yang dirasakan manusia tidaklah berbeda dengan gigitan nyamuk lainnya. Artinya,
tidak lebih sakit, tidak lebih gatal, tidak juga lebih meninggalkan bekas yang
istimewa (Tapan 2004).
Setelah virus dengue
masuk dalam tubuh manusia, virus berkembang baik dalam sel retikuloendotelial
yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung selama 5-7 hari.
Berdasarkan bukti yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme
imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue. Akibat infeksi
virus ini muncul repons imun baik humoral maupun seluler. Antibodi yang muncul pada
umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue primer antibodi mulai
terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang telah ada meningkat.
Antibodi terhadap virus dengue dapat
ditemukan di dalam darah sekitar demam ke-5 hari, meningkat pada minggu pertama
sampai dengan minggu ke tiga, dan menghilangnya setelah 60-90 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan
kinetik kadar antibodi IgM, oleh karena itu kinetik antibodi IgG harus
dibedakan antara infeksi primer dan sekunder. Pada infeksi primer antibodi IgG
meningkat pada hari ke-14 sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat
pada hari kedua. Oleh karena itu, diagnosa dini infeksi primer hanya dapat
ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah hari sakit kelima, diagnosa
sekunder dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan antibodi IgG dan
IgM yang cepat.
Infeksi
virus dengue
|
Demam
Anoreksia
muntah
|
Manifestasi
Pendarahan
|
Hepatomegali
|
Trombositopenia
|
Permeabilitas
Vaskular
naik
|
Komplek
AgAb
komplemen
|
Dehidrasi
|
Kebocoran
Plasma:
· Hemokonsentrasi
· Hipoproteinemia
· Efusi pleura
· Asites
|
Hipovolemia
|
syok
|
Anoksia
|
Meninggal
|
DIC
|
Pendarahan
saluran cerna
|
Demam dengue
|
Asidosis
|
derajat
|
1
|
II
|
II
I
|
IV
|
Gambar 1 Skema patofisiologi Demam Berdarah Dengue.
Gangguan Pencernaan dan Penyerapan
Akibat Penyakit Demam Berdarah Dengue
Umumnya penderita DHF mengalami gangguan volume cairan
tubuh kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan , muntah dan demam, dimana demam
merupakan gejala adanya suatu infeksi, gangguan metabolisme, atau suatu
kerusakan jaringan yang luas. Gangguan yang terjadi terdapat pada proses suplai
makanan dan oksigen dalam jumlah yang cukup kepada seluruh jaringan tubuh dalam
mengangkut sisa-sisa metabolisme jaringan tersebut untuk dibuang melalui sistem
pembuangan.
Apabila tidak tampak perbaikan saat
dilakukan penggantian cairan yang hilang, maka akan diberikan plasma atau
plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB. Pemberian cairan
intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 – 48 jam setelah
renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah teraba jelas,
amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya
dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.
Tabel
1. Kebutuhan cairan pada rehidrasi DBD
Berat
Badan (Kg)
|
Jumlah
Cairan
(ml/kg BB/hari) |
<
7
|
220
|
7
– 11
|
165
|
12
– 18
|
132
|
>18
|
88
|
Tabel
2. Kebutuhan cairan rumatan
Berat
Badan (Kg)
|
Jumlah
cairan (ml)
|
10
|
100
per kg BB
|
10
– 20
|
1000
+ 50 x kg BB (untuk BB di atas 10 kg)
|
>20
|
1500
+ 20 x kg BB (untuk BB di atas 20 kg)
|
Selain itu,
gangguan lain yang terlihat pada penderita DHF, antara lain adalah :
a.
Gangguan
keseimbangan suhu tubuh : hypertemia. Disebabkan invasi virus dengue melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti.
b.
Gangguan keseimbangan
cairan dan elektolit.
Disebabkan masuknya virus dengue
yang dapat meningkatkan metabolisme tubuh yang menimbulkan rasa panas dan
sebagai kompensasi tubuh akan terjadi evavorasi tubuh.
c. Gangguan pemenuhan
kebutuhan ADL.
Disebabkan masuknya virus dengue
merangsang antigen antibodi untuk meningkatkan metabolisme tubuh.
d. Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi.
Akibat adanya respon peningkatan suhu tubuh yang merangsang medula
vomitting center sehingga menimbulkan mual dan muntah.
e. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidur.
Disebabkan karena adanya stimulus demam yang tinggi akan
merangsang susunan saraf otonom.
f. Potensial terjadi perdarahan
Adanya komplek virus antibodi dalam sirkulasi darah menyebabkan
trombosit kehilangan fungsi agregasi dan mengalami metamorfosis yang
dimusnahkan oleh sistem retikuloendotel sehingga akan terajadi trombositopenia.
Penatalaksanaan
Penderita DHF
Penatalaksanaan penderita dengan DHF
adalah sebagai berikut :
1.
Tirah baring atau istirahat baring.
2.
Diet makan lunak.
3.
Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh
manis, sirup dan penderita diberikan sedikit oralit, pemberian cairan merupakan
hal yang paling penting bagi penderita DHF.
4.
Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl
Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan.
5.
Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi,
pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6.
Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7.
Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan
asetaminopen.
8.
Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9.
Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi
sekunder.
10.
Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum,
perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11. Bila timbul kejang
dapat diberikan Diazepam.
Prinsip Pencegahan dan Terapi di Bidang
Gizi
Pencegahan
Pada umumnya
tidak terdapat vaksin yang secara komersial untuk penyakit demam
berdarah. Pencegahan utama demam berdarah terletak pada inisiatif untuk
menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk
menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna telah terbukti berguna untuk
mengontrol penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu
sekali, dan membuang hal – hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam
berdarah Aedes Aegypti.
Pencegahan
dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore hari,
karena nyamuk aedes aktif di siang
hari (bukan malam hari). Misalnya hindari untuk berada pada lokasi yang banyak
nyamuk di siang hari, terutama di daerah yang terdapat penderita DBD nya.
Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode
pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah : Bila terdapat salah seorang
penghuni yang positif atau diduga menderita DBD, segera melakukan penyemprotan
pada seluruh bagian rumah dan halaman dengan obat semprot nyamuk di pagi, siang
dan sore hari, sekalipun penderita tersebut sudah dirawat di rumah sakit. Lalu
segera hubungi Puskesmas setempat untuk meminta fogging di rumah-rumah di lingkungan setempat.
·
Pencegahan secara massal di lingkungan setempat
dengan bekerja sama dengan RT/RW/Kelurahan dengan Puskesmas setempat dilakukan
dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN), Fogging,
atau memutuskan mata rantai pembiakan Aedes
aegypti dengan Abatisasi.
·
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan
sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan
manusia, dan perbaikan desain rumah.
·
Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan
cupang) pada tempat air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
·
Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion
dan fenthion).
·
Awasi lingkungan di dalam rumah dan di halaman
rumah. Buang atau timbun benda-benda tidak berguna yang menampung air, atau
simpan sedemikian rupa sehingga tidak menampung air. Taburkan serbuk abate
(temephos) yang dapat dibeli di apotik pada pada tempat-tempat penampungan air
seperti, gentong air, vas bunga, kolam, bak mandi dan tempat penampung air
lainnya, juga pada parit atau selokan di dalam dan di sekitar rumah, terutama
bila selokan itu airnya kurang mengalir.
·
Kolam atau akuarium jangan dibiarkan kosong tanpa
ikan, isilah dengan ikan pemakan jentik nyamuk. Semprotlah bagian-bagian rumah
dan halaman yang merupakan tempat berkeliarannya nyamuk, dengan obat semprot
nyamuk.
Pengobatan DBD
Pengobatan
DBD dilakukan dengan terapi cairan dan obat penurun panas, lalu segera langsung
dibawa ke Rumah sakit terdekat. Terapi DBD dibagi menjadi 4 bagian :
1) Tersangka infeksi dengue
2) DBD derajat I atau II tanpa peningkatan hematokrit
3) DBD derajat II dengan peningkatan Ht 20%
4) DBD derajat III dan IV
2) DBD derajat I atau II tanpa peningkatan hematokrit
3) DBD derajat II dengan peningkatan Ht 20%
4) DBD derajat III dan IV
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD
adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok,
yaitu dengan mengusahakan agar penderita untuk banyak minum sekitar 1,5 sampai
2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu). Penambahan cairan tubuh
melalui infus (intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah
platelet menurun drastis. Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan terhadap
keluhan yang timbul, misalnya :
·
Paracetamol membantu menurunkan demam
·
Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare
·
Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder
Selanjutnya dapat dilakukan kompres dingin
tetapi tidak menggunakan es karena bisa berdampak syok. Bahkan beberapa tim
medis menyarankan kompres dapat dilakukan dengan alkohol. Pengobatan alternatif
yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun
khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji
kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai
trombosit darah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Etiologi DBD disebabkan
oleh virus serotipe 1,2,3 dan 4 yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dengan gejala awal yaitu
demam mendadak serta timbulnya tanda dan gejala klinis tidak khas dan terdapat
kecenderungan terjadinya shok yang berakibat kematian.
Virus dengue memerlukan perantara untuk bisa masuk ke tubuh manusia.
Perantara / vektor virus ini adalah nyamuk Aedes aegypti atau Aedes
albopictus. Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivitas sistem
komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilatoksin yang menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler dan terjadinya perembesan plasma dari ruang intravaskuler
ke ruang ekstravaskuler, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini
berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibat mobilisasi
sel trombosit muda dari sumsum tulang, dan (3) kerusakan sel indotel pembuluh
darah akan merangsang / menaktivasi faktor pembekuan.
Umumnya penderita DHF
mengalami gangguan volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan , muntah dan demam, dimana
demam
merupakan gejala adanya suatu infeksi, gangguan metabolisme, atau suatu
kerusakan jaringan yang luas.
Pada
umumnya tidak terdapat vaksin yang
secara komersial untuk penyakit demam berdarah. Pencegahan utama demam berdarah
terletak pada inisiatif untuk menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam
berdarah.
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada pembahasan makalah ini
adalah :
·
Untuk dapat
menghindari terjadinya penyakit demam berdarah, maka harus selalu menjaga
kebersihan diri sendiri dan lingkungan.
·
Melakukan upaya
3M (menyimpan, menguras, mengubur).
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Christantie, S.Kp,
1995. Perawataan pasien DHF. Jakarta : EGC
Soegijanto S. 2005. Demam Berdarah Dengue. Jakarta.
Misnadiarly. 2009. Demam Berdarah Dengue (DBD). Putaka Populer Obor: Jakarta.
----2008.Penyakit Demam
Berdarah Dengue.www.infopenyakit.com. [01 Oktober 2011].
---2010.Makanan Sehat Demam
Berdarah.www.makanansehat.com.
Kenali dan waspadai demam
berdarah.www.ksupointer.com / lifestyle.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar