OhayoOoo~~

see the world and feel how beautiful you are inside. . So, let's play !! *yeahhhh~

Senin, 10 Oktober 2011


PEMBAHASAN

Protein merupakan biomolekul berukuran besar yang tersusun atas sejumlah L-a-asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida, dan membentuk struktur tiga dimensi yang tertentu (konformasi asli). Penetapan kadar protein secara akurat merupakan pekerjaan yang tidak mudah karena protein membentuk grup yang beragam dan komplek, sifat amfoterik dari protein, kemampuan mengabsorbsi yang tinggi serta sensitifitas protein terhadap elektrolit, panas, ph, pelarut. Keberadaannya dalam suatu sampel data diketahui secara kualitatif maupun kuantitatif.teknik analisis protein telah berkembang pesat seperti teknik spektrofotometri (Biuret, Lowry. Coomassie Blue, Bicinchoninic Acid), SDS-PAGE (Sodium Dodecyl Sulfate-Polyacrylamide Gel Electrophoreis), ELISA (Enzyme Link Immunosorbent Assay) dan Western Blotting.
Praktikum kali ini, teknik spektrofotometri yaitu Metode Lowry yang akan digunakan untuk menganalisis kadar protein albumin telur. Metode Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Metode ini terdiri dari dua reaksi. Awalnya, kompleks Cu2+ protein akan terbentuk sebagaimana metode biuret dimana Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+ dalam suasana alkalis. Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat dan Phoshotungstat menghasilkan heteropolymolybdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara kolorimetri. Kekuatan warna biru terutama bergantung pada kandungan residu triptofan dan tirosi. Keuntungan metode Lowry adalah 100 kali lebih sensitif daripada metode Biuret sehingga memerlukan sampel protein yang lebih sedikit. Batas deteksinya berkisar pada konsentrasi 0.01 mg/ml. Namun metode Lowry lebih banyak interferensinya akibat kesensitifannya (Dennison 2002).
Bahan sumber protein yang diukur kadar proteinnya pada praktikum adalah putih telur atau albumin. Larutan yang diamati pada praktikum kali penetapan kadar protein metode Lowry ini ada tiga jenis, yaitu larutan standar serum albumin, larutan albumin, dan blanko. Larutan albumin dibuat dengan mengencerkan 0,5 gram albumin dengan faktor pengenceran 500 kali. 
Larutan standar yang digunakan adalah 0,0125 gram serum albumin. Sementara blanko sebagai penetral saat pengukuran di spektrofotometer. Pereaksi yang dibutuhkan, antara lain pereaksi A yang terdiri dari 50 ml Na2CO3 2% dalam NaOH 0,1N yang ditambah 1 ml CuSO4 0,5% dalam Na K-tartrat dan pereaksi B yaitu pereaksi Folin Wu. Pereaksi A berperan dalam pereduksian Cu2+ menjadi Cu+. Pereaksi B mengakibatkan Cu+ mereduksi reagen Folin Wu yang membuat larutan berwarna biru karena reaksi rantai samping asam amino yang terkatalis Cu. Warna biru itulah yang diukur nilai absorbansinya sebagai kandungan triptofan dan tirosin. Praktikum ini menggunakan alat spektrofotometri untuk mengukur absorbsi (penyerapan) cahaya dengan energi (panjang gelombang). Nilai absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 650 nm.
Pembuatan larutan standar diambil beberapa ukuran: 0,4 ml, 0,8 ml, 1,2 ml, 1,6 ml, 2,0 ml, dan 2,4 ml lalu ditambahkan akuades kemudian ditambahkan dengan 5,5 ml pereaksi A, diaduk dan didiamkan selama 15 menit. Lalu ditambahkan 0,5 ml pereaksi B, dicampur, dan didiamkan selama 30 menit sampai terlihat berwarna biru. Larutan albumin sebagai contoh diambil 4 ml, kemudian ditambahkan dengan 5,5 ml pereaksi A, diaduk dan didiamkan selama 10 menit. Lalu ditambahkan 0,5 ml pereaksi B, dicampur dan didiamkan selam 30 menit sampai terlihat berwarna biru. Khusus larutan blanko, hanya 4 ml aquades saja tanpa penambahan peraksi apapun.
Berdasarkan data yang didapatkan, dibuat kurva standar yang menerangkan hubungan antara konsentrasi standar dengan absorbansi standar. Melalui grafik ini, dapat terlihat apabila terdapat data konsentrasi standar dan absorbansi standar hasil praktikum tidak sesuai. Kurva hubungan konsentrasi standar dengan absorbansi standar dengan regresi linier seperti Gambar 1.
Gambar 1. Kurva absorbansi larutan standar albumin

Rentang absorbansi larutan standar pada praktikum kali ini adalah
 0,132 – 0,585. Sedangkan rentang absorbansi larutan contoh rata-rata yaitu 0,547 – 0,444. Hal ini menunjukan bahwa hasil absorbansi larutan contoh sesuai karena berada dalam rentang absorbansi standar. Berdasarkan nilai konsentrasi dan absorbansi larutan standar, diperoleh grafik y = 1,096 x – 0,0308 dan R2 sebesar 0,9881. Hasil yang didapatkan dalam praktikum ini sangat baik karena nilai R2 yang didapatkan mendekati angka 1 sehingga kurva linier. Dan dapat dilihat hasil kadar protein contoh pada tabel 1.

Tabel 1 Kadar Protein Contoh Kelompok 4
Kelompok
Sampel
Kp mg/100g
4
Putih telur ayam negeri
18,05 %
20,19 %


Persamaan kurva standar merupakan pedoman menentukan kadar protein. Berdasarkan hasil pengolahan data absorbansi contoh kelompok 4, didapatkan kadar protein albumin telur ayam negeri pada contoh pertama sebesar 18,05% dan kadar protein albumin telur ayam negeri pada contoh kedua sebedar 20,19%. 


NB: belum ada perbandingan dengan literatur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar